
Ende, Syuradikara.sch.id – Pater Eman Embu, SVD, Provinsial SVD Ende melakukan visitasi di SMAK Syuradikara, salah satu sekolah milik kongregasi misi SVD, Senin, 17 Maret 2025.
Ia mendengarkan banyak masukan dari para guru, pendidik, pegawai, dan karyawan-karyawati saat membangun dialog di Kapela Santo Mikael, salah satu kapela tua yang terletak di tengah kompleks SMAK Syuradikara.

“Visitasi ini bukan yang pertama. Tujuannya, untuk memastikan semua yang bekerja sama dengan SVD berjalan sesuai dengan arah dasar SVD,” kata Pater Eman.
Dijelaskannya, sebagai pimpinan SVD, visitasi ini bertujuan untuk mendengar lebih dekat apa yang dijalankan di lembaga pendidikan SMAK Syuradikara sebagai rumah misi.
“Di sini, SVD mau melihat apa yang dikerjakan sesuai dengan visi-misi dan nilai-nilai Verbum,” ungkap Pater Eman.
Tanpa memperpanjang pengantar awal, ia memberikan waktu untuk berdialog dengan para guru, pendidik, pegawai, dan karyawan-karyawati yang hadir.
Yustina Mogi, guru Matematika, mengangkat terkait Pembina Asrama Putra yang seharusnya diperhatikan efisiensi pengabdian selama beberapa tahun.

“Kami melihat pergantian pembina membawa pengaruh juga kepada disposisi batin anak-anak asrama putra,” kata Yustin yang mengharapkan pergantian yang tiba-tiba mesti dipertimbangkan dengan baik.

Sementara Stefanus Luon menegaskan beberapa hal penting. Pertama, pelayanan praktis di kelas mengedepankan substansi pendidikan. Salah satunya soal Sekolah Teknologi Tingkat Tinggi. Dengan kata lain, memperhatikan teknologi yang holistik dan sesuai dengan kenyataan. Kedua, soal ruangan OSIS, ruangan musik, tari, dan lain-lain.
Melihat Skala Prioritas dan Kedisiplinan yang Rentan
Di tengah pengabdian yang panjang, tak terasa beberapa guru dan pendidik akan menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mereka pun tingkat kedisiplinan yang semakin merosot.
Untuk itu, Heribertus Muwa Bata Dede menyampaikan soal skala prioritas tenaga pendidik untuk menggantikan beberapa guru yang hendak pensiun, termasuk dirinya.
“Yayasan mesti memperhatikan bagaimana merekrut tenaga guru sesuai dengan jumlah yang akan pensiun,” ungkap Heri.
Merespons Heri Bata Dede, Wakasek Kurikulum Ortolana Yosefina Rensa menegaskan bagaimana soal analisis kebutuhan guru dan penilaian kinerja.

Menurut dia, berdasarkan pengalaman sebelumnya, analisis dan penilaian dilakukan oleh tim yang tanpa nama.
“Sejauh ini, ada beberapa penilaian kinerja tidak dari tim tanpa nama sehingga kurang obyektif,” ungkap Yolan mengharapkan bagaimana tim itu bekerja supaya tidak terjadi subjektivitas.
Lebih lanjut, Yosef Bili Dippa menambahkan, “Syuradikara masih jadi pilihan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka” karena membangun kemandirian.

“Kita tidak tahu hari ini, tapi esok lusa seperti apa. Mengapa sekolahkan anak di sini? Tingkatkan lagi kedisiplinan. Banyak anak-anak yang bermotor datang sekolah terlambat,” tandasnya.
Diketahui, ada banyak masukan berarti dari beberapa guru dan pegawai lain yang tidak kalah pentingnya untuk mendukung keberlanjutan pengembangan lembaga pendidikan SMAK Syuradikara ke depan.
Visitasi ini pun diakhiri dengan pesan dan kesimpulan singkat dari Pater Eman Embu, SVD, penegasan dari Heribertus M. Bata Dede sebagai moderator, dan doa bersama.* (EK)
Comments