top of page

Surat Terbuka untuk Guru-guru

Writer's picture: Eto KwutaEto Kwuta

Oleh: Joice Tonda

IAS 68


Pagi ini aku bangun tidak seperti biasanya. Tidak seperti pada saat masih aktif sekolah dan harus berlari-lari kecil saking terlambatnya. Aku masih terbenam di kamar, kala sinar mentari menerobos jeruji jendela, di sana muncul delapan berkas bayangan, dari satu pokok, itulah tanggal delapan bulan ini. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan, sekaligus Wisuda Purnasiswa Angkatan 68.


Kulangkahkan kaki menuju garasi, di sana sudah ditunggui kakakku untuk mengantarkanku ke sekolah, almamater Syuradikara tercinta. Dari arah Jalan Wirajaya, aku melintasi jalan kenangan, terlihat gardu Satpam. Dengan mengumbar senyum yang ramah, sang Satpam tersenyum lebar menyambut setiap yang datang, dengan anggukan kepala, sebagai isyarat memberikan proficiat kepada peserta didik kelas 12, yang telah mengakhiri proses belajar pada suatu jenjang sekolah, pada tanggal 8 Mei 2024.


Kami terus melintasi jalan kenangan mata serasa dimanjakan dengan aneka bunga di sisi kiri kanan jalan. Agak sedikit menurun di Jalan Kenangan ini, serasa berada di Jalan Boulevard Kelapa Gading yang terbagi menjadi Jalan Boulevard Utara dan Jalan Boulevard Selatan, yang dibatasi oleh Bundaran Taman Joging Kelapa Gading. Nah, saya sedang menikmati Boulevardnya Syuradikara, jalan menuju Almamater Syuradikara. Di bagian ujung menuju ke arah pendopo sekolah terlihat patung Santo Mikhael Sang Pelindung Sekolah, yang dengan gagah berani menatap ke arah kejauhan, dengan tatapan garang menantang, sebagai pelindung iman dan pemimpin spiritual, yang memerangi kejahatan dan Iblis. Sejurus aku memandangnya, sembari berujar lirih, ”Santo Mikael doakanlah kami...!


Almamaterku, ketika kakiku menapaki tangga menuju pendopo, rasa haruku mulai terusik, tatkala mataku memandang kian kemari. Betapa tidak? Bingkai wajah para Founding Father masih tertata rapi seperti kemarin. Pendopo yang luas yang selalu kami lintasi pagi dan sore, bahkan sampai larut untuk acara sekolahan, masih seperti yang dulu. Terbayang ruang Kepala Sekolah, Kurikulum, dan Box Receptionist yang selalu ada penghuninya, dengan senyum selalu menyapa ramah setiap saat. Ibu Ery... wanita paruh baya itu.

Di pendopo ini pula, kenanganku masih terendap di sini. Terbayang sosok berjubah putih, dengan perawakan sederhana sembari senyum dikulum, menyapa kami dengan ramah bersahabat. Beliau tak alpa menyalami kami setiap pagi dan petang. Walau usia pengabdiannya baru setahun jagung, darah baru setampuk pinang, rasanya sudah lama bersama kami, walaupun baru melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan terdahulu, dari Pater Stef Sabon Aran. Beliau selalu berpihak pada kepentingan peserta didik dan selalu mendorong, mengajak peserta didik untuk bereksplorasi. Beliau selalu memberikan pujian dan reward pada prosesnya bukan hanya pada hasilnya.


Seperti kata Benyamin Franklin, “Investasi dalam pengetahuan menghasilkan bunga terbaik”. Sama seperti Bruder Kris dalam setiap wejangannya selalu berujar, ”Apa yang ditanam pada hari ini, akan setimpal dengan tuain hasil pada hari esok”. Bruder Kris Riberu, kami kangen pada senyum, sapa, dan salammu. Terima kasih Bruder Kris, maafkan kami, bila telah khilaf. Salam hormat kami, sayonara sampai jumpa!

Di almamater ini, Bruder Kris tidak merasa sendirian. Beliau berjibaku bersama keempat Wakaseknya. Beliau yang satu ini memiliki massa yang sangat banyak, berjumlah 1.056 orang. Bayangkan saja bila terjadi keonaran, siap gebuk! Tapi bukan gebuk sembarangan. Gebuk yang teratur dan tertata dengan rapi dalam kepiawaiannya sebagai pelatih Marcing Band Syuradiakara. Raut wajahnya terkesan agak sangar tetapi berhati mulia. Bagi beliau memilih pemain Marcing Band bukan dilihat dari faktor kecantikan atau kegantengan seseorang, tetapi lebih kepada keterampilan individu. Tentang cantik, itu perkara gampang bisa dipoles di salon. Pa Sil Keu, maafkan ke-315 orang peserta didikmu. Ya, Syuradikara sudah kekurangan personilnya.


Ibarat dapur di setiap rumah, beliau yang satu ini bertugas sebagai Cheff. Pandai mengatur menu dan meracik setiap jenis masakan. Betapa tidak? Kadang terasa manis dan kadang pula terasa pahit, bisa juga jadi hambar. Tetapi setiap resep menu makanan bila diproses sesuai prosedur yang berlaku, niscaya hidangan itu disantap dengan sukacita. Kurikulum adalah dapur sekolah yang pekerjaanya berupa konsep, dengan melibatkan berbagai karakteristik penting, yang harus dimiliki oleh kurikulum dalam pendidikan. Di penghujung purnatugasmu, maafkan kami Pa Adri, bila kurang bersosialisasi lantaran Bapak terlalu fokus pada Tupoksi. Tugas ini dibantu oleh dua srikandi muda. Ibu Dina dan Ibu Yolan, selamat tinggal!


Beliau ini sangat dikenal oleh peserta didik pada program IPS, dengan gaya mengajarnya yang sangat menarik, membawa peserta didik dapat berkias balik dikala masih kecil. Dengan demikian bisa bernostalgia ke masa lalu, untuk bisa menata masa depannya yang lebih baik. Beliau selalu selalu membawa peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar yang tidak terlupakan dalam satu kali tatap muka. Tugas maha berat yang diembannya, sebagai Wakasek Manajemen Penjamin Mutu, adalah sebuah pekerjaan yang tidak gampang, dan tidak mau digandrungi oleh kebanyakan orang. Terima kasih Pa Ambros atas jasa baik Bapak. Maafkan kami, bila sudah menorehkan kesan yang kelat. Biarlah kesan ini gugur bersama embusan angin senja di Naungan Hijau ini.


Beliau yang satu ini, terkenal sangat kalem. Beliau ini juga sangat terkenal jago dalam berbalas pantun, tambahan lagi sangat sistematis dan teratur kalau lagi membawakan acara. Siapa tak nyana...ini Menlunya Syuradikara, suka berkomunikasi dengan pihak-pihak luar dalam kegiatan kemasyarakatan. Pa Hery kami selalu merindukan motivasi-motivasi Bapak, walaupun jarak antara kita ‘kan mangambang jua. Pa Hery, jauh sama dirindu dekat sama disayang.


“He looks interested when he speaks with a smile on his lips”. Sangat senior di almamater ini. Beliau terkenal sangat akrab sehingga, anak-anak sontak kegirangan kala menyapanya. Dengan sorotan mata tajam dan senyum menghiasi bibirnya, beliau sangat fokus dalam pembelajaran di kelas. Aura kebapaan sangat tampak, dan selalu memberi banyak motivasi. Banyak yang takut gara-gara sorotan mata yang tajam. Jangan takut! Wow... handsome from the inside! Terima kasih Pater Frans atas dedikasi Pater pada kami semua. Maafkan saya Pater, spesial kuucapkan terima kasih pada Pater, yang telah mendoakan saya sejak awal, merancang nama babtisku untuk masuk dalam keluarga besar Arnoldus Janssen, dan hingga saat ini saya bisa berada di Podium ini. Di penghujung purna tugasmu Pater, kami selalu mendoakan Pater semoga mendapatkan ganjaran yang berlimpah dari Tuhan.


Beliau ini, memiliki keunikan pada suaranya, lantang dan tegas. Jangan dilihat dari lahiriahnya saja coba telusuri hatinya, putih... bening...seperti salju. Ia menjadi ibu bagi kami khususnya Program Studi Bahasa. Jangan dikira marah-marah melulu. Sosok yang satu ini amat menyayangi siswa kelas 12 Bahasa. Ibu Cyndi, Banyak kali kami telah mengecewakan ibu. Banyak kali ibu harus menggugurkan air mata gara-gara perilaku kami. Es tut uns leid, dass wir Sie so sehr enttäuscht haben. Kenangkan ingat, lupakan jangan. Biarkan kami pergi ke dunia luas, pergi ke alam bebas. Ibu Cyndi selalu ada di hati. Selamat berpisah ibu, sampai jumpa!


Awalnya saya menyangka bahwa beliau adalah guru yang paling killer di almamaterku, Sehingga rasa takutku kian menjadi-jadi. Ternyata tidak demikian sangkaanku. Beliau adalah pribadi yang sangat humoris, dan mudah bergaul dengan anak-anak. Rombongan belajar di kelas kami tidak akan merasa bosan jika beliau mengajar. Beliau selalu menyajikan topik-topik lucu agar kami tetap terhibur di kelas. Tapi kalau lagi tidak mood, semua siswa dilabeli habis-habisan. Meskipun sering menggunakan sindiran, namun hal tersebut tidak membuat kami tersinggung, melainkan justru mendorong kami untuk terus belajar, dan keluar dari keterpurukan. Sensei Nato, maafkan kami...ukirlah nama kami di relung hati Bapak,bila tapak kaki ini hendak melangkah jua. Salam pisah, sampai jumpa!


Beliau merupakan orang yang sangat tegas, selalu mengajar dan menasihati kami untuk hal-hal yang baik. Sedikit humoris dan kaya canda, itulah trik yang dipasang agar kami tidak jenuh di kelas. Dengan tegas beliau bertindak. Bila salah harus dibetulkan, tidak ada kata sory! Berlutut lalu jalan, pernah kami alami di kelas. Tapi... inilah seninya hidup. Sengsara membawa nikmat. Miss Angel, Please forgive us if we’ve upset you!


Beliau dijuluki sebagai guru Brilian di Program Ipa. Sosok yang amat disiplin ini terkenal sangat kreatif dan inovatif. Memasang trik dengan berbagai pendekatan dan metode yang tepat guna membuat para murid di kelasnya tidak pernah merasa bosan. Kadang-kadang, saat tengah mengajar, ia selalu menyelipkan nasihat pada murid-muridnya. Oh, Two in one, sekali menjalankan fungsi mengajar dan mendidik, yang ditampakkan lewat aura kebapaannya. Hemm, hati ini terasa nyaman. ‘Pa John, selamat tinggal.


Sebuah catatan pinggir sering ditegaskan kepada peserta didik asuhannya yang mau mengikuti lomba. “Buat Syuradikara, hukumnya wajib harus menang, usai lomba, ungkap beliau dengan tegas kala mendampingi siswa dalam persiapan lomba. Gaya bicaranya dengan nada tinggi dan berirama cepat membuat kecut hati siswa yang bertemu dengannya. Bila menggertak, siswa pasti berlari terbirit-birit. Coba kita telusuri lebih jauh, ternyata dibalik ketegasannya tersimpan sejuta keramahan. Dengan senyum tipis di bibirnya ia menyapa anak-anak, dengan sebutan “Anak e...”. Pa Stef...maafkan kami, bila telah salah menilai Bapa. Salam pisah sampai jumpa lagi.

Ketiga jagoan ini, diberi plesetan GGS, alias Ganteng-Ganteng Selibater. Who are they?. Sosok penyayang pada para bungsu. Santun, hangat, selalu ada di hati anak-anak. Dikala bingung, jangan kemana-mana. Oh, teringat Pater Micky yang ramah akan membantumu. GGS berikutnya 2 sosok Pegiat Literasi, bersama Miss Angel dan Bapak Ambros. Selalu tekun mendampingi peserta didik dalam berbagai kegiatan literasi seperti : Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, Literasi Budaya dan Kewargaan. Pater Aris dan Pater Naris, ”Latihlah kami rajin membaca setumpuk buku,agar tidak mengkhianati masa depan”.


Selanjutnya sosok baik, penyabar, dan ramah. Sang Violinist ini terkenal kepiawaiannya dalam bermain biola. Membuat hati terbuai dan pandangan pasti menerawang jauh. Jauh...dan jauh sekali hingga ke dasar samudra. Frater John Fischer... selamat tinggal. Beta sonde lupa!


Alamaterku, kini aku harus berkata jujur padamu, bahwa tak terbilang banyaknya Pendidik dan tenaga kependidikan yang tak dapat kuuraikan satu persatu. Mereka telah berjuang di garda terdepan. Terima kasih para pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam kehadiranmu, kami menemukan kehangatan, kepedulian, dan tempat yang aman untuk belajar dan tumbuh.


Terima kasih guruku, dikau ibarat pohon yang memberikan buah kepada banyak orang, tanpa pernah mengharapkan imbalan. Guruku, dikau ibarat pembawa api yang menyalakan keingintahuan, menghidupkan semangat, dan mengilhami jiwa siswa-siswinya. Guruku, dikau ibarat orang yang memberikan kami akar untuk tumbuh dan sayap untuk terbang. Terpujilah wahai engkau ibu bapa guru. Percayalah namamu selalu ada di sanubariku. Terpujilah wahai guru-guruku, jasamu tiada tara. Sekian dan terima kasih.

77 views0 comments

Comments


bottom of page