top of page
Writer's pictureEto Kwuta

SMA Katolik Syuradikara Jadi Sekolah Contoh untuk Program Kampung Iklim di Kabupaten Ende

Updated: Jun 3

Ende, Syuradikara.sch.id- SMA Swasta Katolik Syuradikara menjadi sekolah contoh pertama yang mendapat kesempatan mengikuti Program Kampung Iklim.


Diketahui, Program Kampung Iklim (Proklim) merupakan gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis masyarakat dan jadi salah satu langkah strategis membumikan isu perubahan iklim global yang mesti menjadi aksi bersama di tingkat lokal.


“Program ini adalah program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimulai sejak 2012,” kata Is Purnamawati Djafar, Kepala Bidang Tata Lingkungan dalam Sosialisasi Program Kampung Iklim di halaman tengah Naungan Hijau Satu Syuradikara, Jumat, 31 Mei 2024.

“Kita juga melihat SMA Swasta Katolik Syuradikara memiliki banyak potensi, apalagi sudah ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri,” ungkap Is Purnamawati.


Bruder Kristianus Riberu, SVD, Kepala SMA Swasta Katolik Syuradikara merespons kegiatan sosialisasi secara positif dengan mengajak semua warga Syuradikara untuk melihat lingkungan sebagai subyek.


“Lingkungan hidup mesti dilihat sebagai subyek dan bukan sebagai objek,” kata Bruder Kris, Jumat.

Ia menegaskan, Sosialisasi Program Kampung Iklim akan memberikan dampak positif bagi Tim Adiwiyata Sekolah, para guru, pendidik, tenaga pendidik, dan siswa-siswi untuk memiliki program serta semangat yang sama.


“Kita SMA Swasta Katolik Syuradikara telah menjadi animator atau contoh atau pembuka jalan untuk sekolah yang lain,” ungkapnya.


Matilde Fransiska Weta, Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup (P2KLH) menyatakan rasa bangganya pun apresiasi atas raihan Sekolah Adiwiyata Mandiri dan keikutsertaan SMA Swasta Katolik Syuradikara menjadi bagian dari Program Kampung Iklim.


“Kita tidak boleh duduk manis, perlu kerja sama dan harus ada sinergi agar semua harapan bisa sukses,” tandas Matilde.


Sementara Yusriani, Pejabat Fungsional Pengendali Lingkungan, mengatakan, Program Kampung Iklim tidak terlepas dari usaha memperhatikan pengendalian perubahan iklim dan hidup rendah emisi gas rumah kaca. Ia memberi contoh bahwa fenomena gas rumah kaca di Eropa pada saat sekarang semakin tinggi.


“Mereka sengaja membuat efek rumah kaca untuk meningkatkan produksi pertanian mereka,” katanya.


Dijelaskannya, saat ini di seluruh dunia diwajibkan memberi komitmen untuk menurunkan gas rumah kaca.


Ketika manusia membiarkan kondisi ini terjadi, maka bisa membawa dampak pada lapisan ozon yang menipis hingga berdampak buruk bagi manusia.


“Di sana akan dan kanker kulit, mata buta, dan lain-lain,” ungkap Yusriani.


Untuk itu, ia mengajak, kalau sekian anak siswa mengelola sampah dengan baik, menjaga bumi dengan cinta, maka krisis itu tidak menguasai kehidupan manusia.


“Mari kita mendorong terlaksana aksi nyata seperti perlindungan mata air, penanaman pohon penyimpanan air seperti bambu, beringin, dan lain-lain,” ajaknya.


Diketahui, Sosialisasi Program Kampung Iklim (Proklim) diselenggarakan berkat kerja sama antara Dinas Lingkungan Hidup dan SMA Swasta Katolik Syuradikara sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri dan diikuti oleh para guru, pegawai, dan siswa-siswi.

Comentarios


bottom of page