Ende, Syuradikara.sch.id - Pelajar kelas X SMAK Syuradikara Ende berhasil mengolah minyak jelantah atau minyak minyak goreng bekas pakai yang sudah digunakan berulang kali menjadi lilin terapi aromaterapi.
Minyak jelantah atau minyak minyak goreng bekas pakai yang sudah digunakan berulang kali yang kerap dibuang di sembarang tempat merupakan limbah rumah tangga yang sulit terurai.
Lilin aromaterapi yakni lilin yang mengandung minyak esensial dan pewangi tertentu yang dapat digunakan untuk menenangkan pikiran, mengusir serangga, dan sebagai pengharum ruangan.
Lilin aromaterapi yakni lilin yang mengandung minyak esensial dan pewangi tertentu yang dapat digunakan untuk menenangkan pikiran, mengusir serangga, dan sebagai pengharum ruangan.
Pembuatan lilin aromaterapi berbahan dasar minyak jelantah tersebut merupakan kolaborasi ekskul green generation SMAK Syuradikara Ende dan guru Biologi dam Fisika.
"Produk ini merupakan kolaborasi ekskul green generation dan guru Fisika karena untuk materi pencemaran lingkungan itu ada di pelajaran Biologi tetapi juga ada di pelajaran Fisika dan pergerakannya itu kami mengajak anak-anak kelas X dengan bantuan anak-anak green generation," jelas Agata J.I Bari, guru Biologi yang didampingi Fransiska Yuenda, guru Fisika, saat ditemui di halaman SMAK Syuradikara Ende, Senin, 9 Desember 2024.
Selain minyak jelantah, jelas Agata, bahan lain yang digunakan untuk pembuatan lilin aromaterapi yakni sterin sebagai bahan kimia untuk memadatkan lilin aromaterapi. Sedangkan untuk pewarnaan, kata dia, digunakan krayon bekas pakai.
"Jadi diserut kemudian dimasukkan bersamaan dengan sterin kemudian diteteskan dengan essential oil atau ekstrak minyak beraroma wangi yang didapatkan dari penyulingan ekstrak kulit kayu, bunga, daun, akar, biji, batang, dan bagian tanaman lainnya. Jadi memang warna lilin aromaterapi ini beragam karena kami mau agar anak-anak berkreasi kira-kira mereka mau buat lilin seperti apa dimana lilin ini juga sebenarnya untuk menambah nilai ekskul dan nilai pelajaran Biologi dan Fisika," tambah Agata.
Untuk pembuatan lilin aromaterapi berbahan dasar minyak jelantah sendiri, lanjut Agata, membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu karena harus menetralkan warna dan aroma terlebih dahulu. Sedangkan proses memasak hingga menjadi lilin aromaterapi hanya dibutuhkan beberapa jam.
"Karena minyaknya itu hanya perlu dimasak kemudian ditambahkan sterin dan krayon setelah itu ditetesi essential oil, estimasi waktunya sekitar 1-2 jam," ujar Agata.
Untuk ukuran 500 gram sterin, Agata dan Fransiska serta tim membutuhkan 1 liter minyak jelantah, sedangkan untuk pewarnaan sendiri bebas sesuai selera apakah menginginkan warna yang mencolok atau tidak terlalu mencolok. 1 liter minyak jelantah bisa menghasilkan 8-9 lilin aromaterapi yang dituang kedalam wadah berupa gelas berukuran kecil.
Diungkapkan Agata, bahan dasar minyak jelantah didapatkan dari minyak minyak goreng bekas pakai yang sudah digunakan berulang kali di rumah masing-masing siswa.
"Minyak jelantah itu anak-anak punya minyak bekas di rumah masing-masing, jadi 2-3 bulan sebelum kegiatan itu, saya dan ibu Siska selaku guru mata pelajaran untuk mengumpulkan minyak bekasnya itu, setelah dikumpulkan dibawa ke sekolah nanti kami buat lilin aromaterapi, untuk proses penyulingannya anak-anak buat sendiri di rumah," tambah Agata.
Diungkapkan Agata, bahan dasar minyak jelantah didapatkan dari minyak minyak goreng bekas pakai yang sudah digunakan berulang kali di rumah masing-masing siswa.
"Minyak jelantah itu anak-anak punya minyak bekas di rumah masing-masing, jadi 2-3 bulan sebelum kegiatan itu, saya dan ibu Siska selaku guru mata pelajaran untuk mengumpulkan minyak bekasnya itu, setelah dikumpulkan dibawa ke sekolah nanti kami buat lilin aromaterapi, untuk proses penyulingannya anak-anak buat sendiri di rumah," tambah Agata.
Di pasaran, lilin aromaterapi biasanya dijual dengan harga Rp 25 ribu. Namun, kata dia, karena lilin aromaterapi tersebut merupakan hasil karya pelajar SMAK Syuradikara, dijual dengan harga Rp 5 ribu. Penjualan lilin aromaterapi karya pelajar SMA ternama di Kota Ende itu akan dilakukan pada saat penen karya P-5 tahun 2025 mendatang.
Manfaat lilin aromaterapi sendiri, jelas Agata lebih lanjut, khusus umat Nasrani biasa digunakan saat ibadat di gereja. Selain itu, lilin aromaterapi juga bisa digunakan untuk kebutuhan relaksasi karena aromanya yang khas.
Bagi masyarakat yang mau berwirausaha dengan low budget, pembuatan lilin aromaterapi menjadi salah satu alternatif usaha yang mudah karena selain proses pembuatan yang mudah, bahan-bahan yang dibutuhkan pun mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
"Untuk di Ende sendiri saat ini belum ada yang buat lilin aromaterapi, selama ini kita beli dari luar tetapi kreativitas anak lokal belum ada, kalau di Ende sendiri kan warung-warung makan kan banyak dan kebanyakan mereka punya minyak jelantah itu terbuang kenapa kita tidak manfaatkan itu untuk produk ekonomis," tandas Agata.
Ke depannya, kata dia, mereka akan berkonsultasi dengan Kepala SMAK Syuradikara agar lilin aromaterapi tersebut diproduksi secara masal dan menjadi salah satu produk ekskul green generation.
Kreatifitas serta keberanian green generation SMAK Syuradikara Ende juga mendapat apresiasi dari Kepala SMAK Syuradikara Ende Bruder Kristianus Riberu, SVD.
Bruder Kris, karya tersebut merupakan sebuah gebrakan baru guru dan pelajar SMAK Syuradikara Ende.
"Di tengah situasi orang hanya omong, suka bicara apalagi budaya tutur, tetapi anak-anak hadir dengan sebuah gebrakan dengan menghasilkan produk ini, tentu green generation ini kami atur supaya mereka ini menjadi kader-kader peneliti," ujar Bruder Kris.
Comments