top of page
Writer's pictureEto Kwuta

Belajar dari Maria Magdalena (Kotbah Pater Aris Mada, SVD)

Oleh: Pater Aris Mada, SVD


Saudara/saudari terkasih…


Sejak minggu lalu, kita sudah masuk sekolah. Bagi kelas X, anda telah dipersiapkan dengan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah agar anda mulai beradaptasi dengan situasi dan kultur sekolah yang berpuncak pada malam Inaugurasi. Kamu diterima menjadi siswa/siswi SMAK Syuradikara yang akan mengenakan seragam kebanggaan kuning putih. Bagi kelas XI dan XII, kamu baru saja berlibur dan kembali ke sekolah dengan membawa segala pengalaman dan kenangan semasa liburan. Hari ini kita akan mengawali tahun ajaran baru dengan merayakan ekaristi bersama. Kita mau mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya itu, sekaligus memohon penyertaan Tuhan untuk tahun ajaran baru. Kita pasrahkan semua yang akan terjadi di masa depan sembari berjuang agar apa yang kita harapkan dan cita-citakan dapat tercapai.


Saudara/i terkasih…

Hari ini sebagai sebuah lembaga pendidikan, kita merayakan ekaristi pembuka tahun ajaran baru 2024/2025. Di momen yang berharga ini, kita disodorkan teks Kitab suci yang menarik untuk direnungkan bertepatan dengan pesta St. Maria Magdalena. 2 hal yang bisa direnungkan dari kehidupan Maria Magdalena sebagai pesan bagi kita.



Pertama, kesetiaan dalam tugas dan tanggung jawab seperti Maria Magdalena yang setia menemani Yesus sampai kematian Yesus di kayu salib.


Ketika Maria Magdalena bertemu dengan Yesus di Galilea, dia dibebaskan dari belenggu tujuh roh jahat (Lukas 8:2). Dia adalah seorang wanita yang tahu penderitaan yang luar biasa, tetapi juga mengalami kuasa kesembuhan dari Allah. Di dalam Yesus, ia menemukan Dia yang dicarinya, Dia yang dikasihinya (Kidung Agung 3:1-4). Setelah dibebaskan dari perbudakan, Maria mengikuti Yesus dan melayani-Nya dari Galilea sampai ke Yerusalem (Matius 27:55-56). Dia ada di sana pada saat penyaliban Yesus dan tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Yesus.


Keberadaan kita di lembaga pendidikan SMAK Syuradikara ini juga menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kesetiaan melayani Tuhan dengan setia melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai guru, pegawai, karyawan, dan para siswa. Jika Maria Magdalena tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Yesus, maka kita pun ditantang untuk berani setia.


Sebagai seorang guru, kita berani setia mendampingi siswa/siswi dalam seluruh proses jatuh dan bangun perjuangan hidup mereka. Sebagai seorang siswa, anda mesti memotivasi diri untuk setia datang ke sekolah, setia belajar, setia mengerjakan tugas yang diberikan, setia mengembangkan keterampilan dan bakat. Anda sudah memilih dan memutuskan SMAK Syuradikara sebagai tempat persemaian pencipta pahlawan utama. Maka, berjuanglah untuk tumbuh, dengan berakar pada semangat kesetiaan.


Kedua, bangunlah semangat keingintahuan dalam diri.

Maria Magdalena punya rasa ingin tahu yang besar tentang keberadaan Yesus. Diceritakan bahwa Maria bergegas menuju ke kubur pada pagi hari Paskah. Ia membawa rempah-rempah yang telah dipersiapkan untuk mengurapi tubuh Yesus yang disalibkan. Alih-alih menemukan tubuh Yesus, ia menemukan kubur itu kosong. Lalu, di dalam Injil sinopsis yang lain, seperti seorang peneliti, Maria Magdalena bergegas mencari dan menemukan kolaborator yaitu Petrus dan Yohanes untuk memberitahukan semua yang dikatakan malaikat kepada mereka. Ia berkata kepada Petrus dan Yohanes: “Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya dan kami tidak tahu di mana Ia dibaringkan” (Yohanes 20:2). Petrus dan Yohanes berlari ke kubur dan perempuan-perempuan itu mengikuti dari belakang. Dalam observasi mereka, Petrus dan Yohanes melihat kain kapan, tetapi ketika Yohanes melihatnya, ia percaya bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Petrus, Yohanes dan para perempuan lainnya kembali ke rumah mereka, sementara Maria Magdalena tetap tinggal di sana, menangis sambil berdiri di dekat kubur dan bertemu dengan Malaikat Tuhan. Maria pertama-tama membuat hipotesis “Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”. Lalu Ia mencari referensi pada seseorang yang dianggapnya penunggu taman. Orang itu bertanya “Siapakah yang engkau cari? Maria sekali lagi menguji hipotesisnya, Tuan jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilnya”. Lalu, pencarian Maria terungkap jawabannya ketika Yesus sendiri menyapa dia dengan memanggil namanya, “Maria”.


Belajar adalah sebuah proses mencari dan menemukan. Kita dipanggil untuk menjadi pembelajar sepanjang masa. Sebagai seorang guru, kita diajak untuk senantiasa memperbaharui cara mengajar dan mendidik sesuai dengan konteks zaman dalam kesetiaan pada tradisi nilai kekatolikan kita. Sebagai seorang murid, Anda diajak untuk membangun rasa ingin tahu akan sesuatu yang baru karena itulah asal pengetahuan.


Saudara/i terkasih...

Semoga dua hal ini, 1) kesetiaan dalam tugas dan tanggung jawab 2) Membangun semangat keingintahuan dalam diri, menjadi bekal bagi kita dalam ziarah menapaki tahun ajaran baru ini.


Semoga

49 views0 comments

Comments


bottom of page